Selasa, 05 Maret 2013

IMAM AN-NAWAWI (Pakar Fiqih Mazhab Syafi’i Yang Tak Kenal Lelah Menuntut Ilmu)


Imam al-Hafizh al-Auhad al-Qudwah, Syaikhul Islam, Alamul Auliya': Muhyiddin Abu Zakariya Yahya bin Syaraf bin Muri al-Hizami al-Haurani asy-Syafi'i, seorang penyusun karangan-karangan yang bermanfaat.

Kelahirannya

Lahir pada bulan Muharram, tahun 631. Datang di Damaskus pada tahun 649. Ia tinggal di Rawahiyah, dengan makan roti sekolah-an. Ia menghafalkan at-Tanbih dalam waktu empat setengah bulan, dan membaca seperempat al-Muhadzdzab dengan hafalan di sisa tahun tersebut di hadapan Syaikhnya, al-Kamal Ishaq bin Ahmad. Kemudian berhaji bersama ayahnya, dan tinggal di Madinah selama sebulan setengah. Ia mengalami sakit di hampir sepanjang perjalanan.

Abul Hasan bin al-Aththar menyebutkan, Syaikh Muhyiddin mengatakan kepadanya bahwa ia membaca setiap hari 12 pelajaran di hadapan para syaikhnya, baik syarah maupun tashhih. Dua pelajaran mengenai al-Wasith, satu pelajaran mengenai al-Muhadzdzab, satu pelajaran mengenai al-Jam'u baina ash-Shahihain, satu pelajaran mengenai Shahih Muslim, satu pelajaran mengenai al-Luma' karya Ibnu Jinni, satu pelajaran mengenai Ishlah al-Manthiq, satu pelajaran mengenai tashrif (sharf) , satu pelajaran tentang Ushul Fiqh, satu pelajaran tentang nama-nama perawi, dan satu pelajaran tentang Usuluddin. Ia mengatakan, "Aku mengomentari semua yang bertalian dengannya, yaitu menjelaskan yang musykil, memperjelas ungkapan, dan meneguhkan bahasa. Allah SWT memberkahi waktuku. Kemudian terlintas dibenakku untuk menyibukkan diri dalam masalah kedokter-an, dan aku membeli buku al-Qanun. Rupanya aku telah membuat gelap hatiku, dan beberapa hari lamanya aku tidak mampu untuk berbuat. Lalu aku menyadari diriku, dan aku menjual buku al-Qanun tersebut, sehingga hatiku bercahaya kembali.

Ia mendengar pelajaran dari ar-Ridha bin Burhan, Syaikhusy Syuyukh Abdul Aziz bin Muhammad al-Anshari, Zainuddin bin Abdid Da'im, Imaduddin Abdul Karim bin al-Hasratani, Zainuddin Khalid bin Yusuf, Taqiyyuddin bin Abil Yusr, Jamaluddin bin ash-Shairafi, Syamsuddin bin Abi Umar, dan sejawat mereka.

Ia mendengar al-Kutub as-Sittah, al-Musnad, al-Muwaththa', Syarh as-Sunnah karya al-Baghawi, Sunan ad-Daruquthni, dan banyak lain-nya. Ia membaca al-Kamal karya al-Hafizh Abdul Ghani Ali az-Zain Khalid, dan syarah mengenai hadits-hadits Shahihain di hadapan muhaddits Abu Ishaq Ibrahim bin Isa al-Muradi.

Belajar ilmu Ushul pada al-Qadhi at-Taflisi, belajar ilmu Fikih pada al-Kamal Ishaq al-Maghribi, Syamsuddin Abdurrahman bin Nuh, Izzuddin Umar bin Sa'd al-Irbili, dan al-Kamal Salar al-Irbili. Membaca nahwu di hadapan Syaikh Ahmad al-Mishri dan selainnya, serta membaca di hadapan Ibnu Malik sebuah kitab dari karangannya.

Sibuk menulis, menyebarkan ilmu, ibadah, wirid, puasa, dzikir, bersabar atas kehidupan yang kasar (keras) dalam hal makanan dan pakaian dan teguh secara totalitas tidak berlebihan: pakaiannya pakai-an usang, dan serbannya berupa kain kecil.

Ia meluluskan segolongan ulama, di antaranya, al-Khathib Shad-ruddin Sulaiman al-Ja'fari, Syihabuddin Ahmad bin Ja'wan, Syihabud-din al-Arbadi, Ala'uddin bin Aththar, dan menuturkan darinya Ibnu Abi al-Fath, al-Mizzi dan Ibnu al-Aththar.

Ibnu al-Aththar mengatakan, "Syaikh kami 5 menyebutkan kepada kami bahwa ia tidak menyia-nyiakan waktunya, baik di ma-lam maupun siang hari, kecuali untuk kesibukan hingga di jalanan sekali pun. Ia terus menerus melakukan demikian selama enam ta-hun, kemudian mulai mengarang, mengajar, memberi nasihat, dan mengatakan kebenaran.

Di samping apa yang telah dilakukannya berupa mujahadah terhadap dirinya, menjalani sikap wara' hingga sedetil-detilnya, muraqabah, membersihkan jiwa dari berbagai kotoran dan menghilang-kannya dari berbagai keinginannya. Ia juga menghafalkan hadits, berbagai cabang ilmunya, rijal (para perawi)nya, shahih dan dha'ifnya, serta puncaknya dalam pengetahuan tentang madzhab asy-Syafi'i."

Rasyid bin Mu'allim berkata, "Aku mencela Syaikh Muhyiddin karena tidak masuk pemandian umum dan menyempitkan kehidup-an dalam hal makanan, pakaian, dan hal ihwalnya. Aku pernah me-nakut-nakutinya dengan penyakit yang bisa menghentikan kesibuk-annya, maka ia mengatakan, 'Si fulan berpuasa dan menyembah Allah hingga bengkak.' Ia menolak makan buah-buahan dan men-timun, seraya mengatakan, 'Aku khawatir tubuhku lembek dan me-nyebabkan tidur.' Ia makan dalam sehari semalam sekali dan minum sekali, ketika sahur."

Ibnu al-Aththar mengatakan, "Aku berbincang-bincang menge-nainya tentang buah-buahan, maka ia mengatakan, 'Damaskus ba-nyak wakaf dan harta milik di bawah naungan dan manajemen me-reka (para raja) yang mana kita tidak bisa menikmatinya kecuali dengan cara cari muka (asal bapak senang). Kemudian muamalah mengenai-nya dengan cara musaqah, sedangkan hukumnya masih diperselisih-kan; maka bagaimana mungkin hatiku senang makan demikian?!"

Ibnu al-Aththar telah menghimpun biografinya dalam enam buku.

Karya Tulisnya

Di antara karangan-karangannya: Syarh Shahih Muslim, Riyadh ash-Shalihin, al-Adzkar, al-Arba'in an-Nawawiyyah, al-Irsyad (dalam ilmu hadits), at-Taqrib (ringkasan), Kitab al-Mubhamat, Tahrir al-Alfazh likitab at-Tanbih, al-Umdah fi Tashhih at-Tanbih, al-Idhah fi al-Manasik, satu jilid dan ia punya tiga manasik selainnya, at-Tibyan fi Adabi Ha-malat al-Qur'an, dan fatwa-fatwanya dikumpulkan dalam satu jilid kecil, ar-Raudhah empat buku, Syarh al-Muhadzdzab hingga bab al-Musharrah (ternak yang tidak diperah susunya hingga kelenjar su-sunya penuh) dalam empat jilid, syarah sekelumit dari al-Bukhari, sekelumit dari al-Wasith, mengerjakan sekelumit dari al-Ahkam, sebagi-an besar dari al-Asma' wal Lughat, sekelumit mengenai thabaqat al-fuqaha', dan tahqiq mengenai fikih hingga bab shalat musafir.

Ia tidak menerima sesuatu pun dari seseorang, kecuali jarang dari orang yang tidak kerepotan: seorang fakir memberikan teko ke-padanya maka ia menerimanya. Syaikh Burhanuddin al-Iskandari berkeinginan untuk berbuka di sisinya, maka ia mengatakan, "Bawa makanan ke sini dan kita berbuka bersama." Kemudian ia makan da-rinya, dan rupanya ada dua jenis makanan. Barangkali Syaikh perlu menghimpun sebagian waktu untuk menyantap dua jenis makanan itu.

Ia menghadapi para raja dan kaum yang zhalim dengan peng-ingkaran. Ia menulis surat kepada mereka, dan menjadikan mereka takut kepada Allah q. Suatu kali ia menulis: Dari hamba Allah, Yahya an-Nawawi, semoga salam, rahmat dan keberkahan Allah terlimpah atas Tuan yang berbuat kebajikan, Malikul Umara', Badruddin –se-moga Allah melanggengkan kebajikan-kebajikan untuknya, meliputi-nya dengan berbagai kebaikan, menyampaikannya pada segala yang dicita-citakannya berupa kebaikan dunia dan akhirat, dan memberi keberkahan untuknya dalam segala ihwalnya, amin. Setelah menye-butkan ilmu-ilmu yang mulia, (ia mengatakan) bahwa penduduk Syam dalam kesempitan dan kelemahan disebabkan sedikit hujan. –Lalu ia menyebutkan uraian yang panjang— dan dalam lipatannya terdapat surat yang ditujukan kepada Raja azh-Zhahir. Tapi Raja terse-but memberikan jawaban dengan keras lagi menyakitkan sehingga membuat kekhawatiran jamaah. Ia juga melakukan amar ma'ruf ke-pada raja Zhahir dengan tanpa surat (tapi secara langsung).

Ibnu Farh menjelaskan tentang Syaikh ini dalam pembicaraan, "Syaikh Muhyiddin menempati tiga tingkatan, masing-masing ting-katan seandainya dimiliki seseorang, niscaya mereka keberatan untuk mencapainya: ilmu, zuhud, dan amar ma'ruf nahi mungkar."

Syaikh melakukan perjalanan untuk berziarah ke Baitul Maqdis, dan kembali ke Nawa. Setelah itu, ia sakit di rumah orang tuanya, sehingga dekat ajalnya (sekarat). Kemudian ia berpulang ke rahma-tullah pada tanggal 24 Rajab, tahun 676 H.

Syaikh Quthbuddin al-Yunaini memujinya dengan mengatakan, "Ia satu-satunya di zamannya dalam ilmu, wara', ibadah, dan sikap zuhud (sedikit harta dan kehidupan yang memprihatinkan). Ia ber-hadapan dengan Raja azh-Zhahir di negeri keadilan lebih dari sekali. Diceritakan dari Raja Zhahir bahwa ia mengatakan, "Aku gentar ter-hadapnya." Ia mengetuai Dar al-Hadits. Aku (adz-Dzahabi) katakan, ia memimpinnya pada tahun 665, sepeninggal Abu Syamah, hingga kematiannya.

Syaikh Syamsuddin Ibnu al-Fakhr al-Hanbali mengatakan, "Ia seorang imam yang luas ilmunya, hafidz, kuat berbagai ilmunya, menyusun banyak karangan, sangat wara' dan zuhud, meninggalkan berbagai kesenangan berupa makanan kecuali yang diberikan kepa-danya oleh ayahnya berupa kue dan buah tin, memakai pakaian usang yang ditambal, tidak masuk pemandian umum, tidak makan semua buah-buahan, dan tidak mengambil satu dirham dari pihak mana pun. Semoga Allah merahmatinya."

(SUMBER: Muqaddimah Syarh al-Arba’in an-Nawawi, sebagai dinukil dari Tadzkirah al-Huffazh karya Imam adz-Dzahabi, dengan sedikit dirangkum)

1 komentar:

cari rezeki mengatakan...

Izin share ya. Cukup Register di Link ini
kalian Dapat $ 25 USD ,
Langkah2 nya :
1) Buka/klik link ini.http://www.cashforvisits.com/index.php?refcode=283867
2) Pilih: REGISTER
NOW Isi data-data tersebut.Name : ( nama sesuai KTP )
Password : (terserah )
Email : ( email km yang aktive )
Addres : ( alamat sesuai ktp)
Cheque pay to ( user name ) ; ( Nama sesuai KTP )
Anda akan mendapatkan $25 setelah REGISTER dan LOGIN.Lalu catat refcode pribadi
anda..(refcode akan muncul setelah kamu berhasil register dan login.contoh. http://www.cashforvisits.com/index.php?refcode=283867 (ini no.refcode aku)
lalu Share ke teman-teman link anda sebanyak mungkin , ketika
ada teman anda yang register, kamu lsg dapat$10 usd/ org , uang anda bisa
di ambil di WESTERN UNION dicabang manapun, (stlh terkumpul minimal
$300)